Jadi, Lanjut Kuliah atau Kerja Dulu?

Jadi, Lanjut Kuliah atau Kerja Dulu?

CurhatJadi, Lanjut Kuliah atau Kerja Dulu? Pertanyaan ini sangat mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini. Karena, kalau salah mengambil keputusan, maka secara langsung akan berdampak pada kehidupan saya. Setelah melalui pertimbangan panjang dan mendengar pendapat dari orang-orang di sekitar, saya pun memutuskan untuk…

Rencana Lanjut S2

Mari kita mulai dari selepas pulang liburan di Bali (kamu bisa baca tulisannya di sini, tapi belum saya lanjutkan sih…). Setelah wisuda, kerjaan saya adalah istirahat di rumah (eh, itu mah bukan kerja dong!). Ahahaha, iya, iya, saya sebenarnya cuma mau leyeh-leyeh doang sih~

Berdasarkan “rencana hidup” yang sudah saya buat sejak lama, setelah lulus kuliah di S1 jurusan DKV, saya akan melanjutkan ke jenjang pernikahan pendidikan yang lebih tinggi: S2. Inginnya sih lanjut ke jurusan Magister Desain di Institut Teknologi Bandung. Sengaja milih kuliah di Bandung lagi karena sudah jatuh cinta dengan kota ini, dan biar bisa sering pulang ke Bekasi, hehehe~

Kedua orang tua saya pun setuju dengan rencana saya, dan mereka menyarankan saya untuk mencari beasiswa, agar meringankan biaya kuliah S2 saya. Iya, setelah membaca-baca pengalaman kuliah S2 di internet, ternyata banyak sekali mengeluarkan biaya. Jadi saya harus lebih rajin mencari beasiswa dan belajar untuk mendapatkannya.

Oh iya, saya sudah cukup sering menulis di blog ini kalau saya bercita-cita ingin menjadi seorang dosen. Entah mengapa, saya sangat kagum dengan pekerjaan sebagai dosen. Rasanya sangat menyenangkan kalau saya bisa berbagi pengalaman, ilmu, dan informasi yang berguna kepada orang banyak, terutama mahasiswa.

Nasehat dari Dosen

Tanggal 6 Februari 2017 kemarin, saya kembali ke Bandung. Tujuannya adalah untuk mengambil legalisir ijazah dan transkrip nilai saya, yang masih berada di kampus lama (Telkom University). Oh iya, waktu itu jembatan Cisomang di tol Cipularang sedang diperbaiki, sehingga bis yang saya tumpangi pun harus melewati jalan memutar lewat Purwakarta.

Kostan saya yang lama masih tersisa sampai bulan Mei 2017, makanya saya berani balik ke Bandung. Besoknya (7 Februari) saya ke kampus, dan sialnya berkas legalisir saya sudah dimusnahkan oleh kampus, lantaran sudah melewati batas 1 bulan. Mau gak mau, saya harus bayar lagi (kali ini 2 kali lipat!) untuk membuat legalisir yang baru.

Setelah itu, saya iseng-iseng main ke gedung Fakultas Industri Kreatif, ceritanya mau silaturahmi ke dosen-dosen di sana, sekaligus merayu mereka agar mau membuatkan surat rekomendasi untuk persyaratan daftar S2. Menurut sumber di internet, setidaknya saya membutuhkan 2 surat rekomendasi.

Orang pertama yang saya temui adalah Kaprodi (Kepala Program Studi) DKV, Pak Dicky. Saya lihat beliau sedang tidak sibuk, dan kami pun mengobrol di ruangan beliau. Dengan semangat, saya ceritakan tentang rencana melanjutkan kuliah S2 saya kepada beliau.

Beliau sih mau saja untuk memberikan surat rekomendasi, namun beliau menyarankan saya untuk memikirkan kembali keputusan saya lanjut S2. Beliau pikir, alangkah lebih baik bila saya bekerja dulu, paling tidak 1-2 tahun, agar bisa menerapkan ilmu yang sudah saya dapat selama kuliah 4 tahun di DKV. Jleb!

Kemudian saya bertemu dengan dosen pembimbing tugas akhir saya, Pak Dwija. Syukurlah, beliau juga mau memberikan surat rekomendasi untuk saya. Pas jam makan siang tiba, Pak Dwija mengajak saya makan ke kantin kampus, sekalian melanjutkan obrolan tadi.

Di kantin, saya bertemu dengan dua orang dosen lainnya, Pak Toto dan Bu Nina. Sambil makan, kami banyak mengobrol soal pengalaman kuliah S2. Dan kamu tahu, setelah saya bilang kepada mereka kalau saya ingin lanjut S2, Bu Nina dan Pak Toto mengatakan hal yang sama dengan Pak Dicky. Jleb-jleb-jleb!

Intinya, kuliah S2 akan jauh lebih menantang (baca: susah) dari S1, dan disarankan untuk ambil pekerjaan dulu sebelum lanjut S2. Info yang mengejutkan, ternyata banyak sekali dosen-dosen yang memang bekerja dahulu sebelum mereka lanjut kuliah S2! Sangat jarang orang yang lanjut S2 setelah S1 tanpa bekerja dulu. Jreeeng~

Pendapat dari Keluarga

Malamnya saya ngobrol dengan adik perempuan saya, Dewi. Ceritanya sih curhat masalah rasa bimbang gara-gara nasehat dari dosen-dosen tadi. Dia pun lebih setuju kalau saya kerja dulu. Supaya saya punya pengalaman kerja, dan bisa tahu cara mendapatkan uang dari kerja keras sendiri (padahal sih biar uang jajan saya mengalir ke dia, pret~).

Esok paginya saya menelepon Mama, menceritakan hal yang sama. Jujur, saya merasa sangat beruntung memiliki orang tua seperti Mama dan Bapak. Mereka membebaskan saya untuk memilih keputusan, dan mendukung apapun yang saya lakukan (selama hal itu baik). Jika ingin kerja ya silakan, lanjut kuliah juga silakan.

Begitu saya bilang ingin lanjut kerja saja, Mama dan Bapak langsung mengiyakan. Mereka tahu bahwa itu adalah keputusan yang sangat tepat. Dengan bekerja, mereka ingin saya belajar mandiri, belajar mengatur diri saya sendiri, dan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih “dewasa”.

Kumata Studio

Kumata Studio
Kumata Studio

Pada akhirnya, saya pun memutuskan untuk bekerja. Saat itu saya teringat dengan teman saya yang kerja di Kumata Studio, sebuah perusahaan pembuat film animasi 2D di Bandung. Teman saya bilang kalau di sana masih membutuhkan ilustrator, dan saya pikir bahwa ini adalah kesempatan yang bagus.

Berbagai berkas pendaftaran pun mulai disiapkan. Dari memperbaiki CV, menyusun kembali portofolio, bikin pas foto terbaru, hingga membuat surat lamaran. Tanggal 13 Februari pukul 09:37, semua berkas tersebut saya kirim lewat email. Masih di hari yang sama pukul 13:45, email saya langsung mendapat balasan, dan isinya adalah panggilan untuk wawancara. Wow, cepat sekali!

16 Februari saya datang langsung ke Kumata Studio. Di sana saya bertemu dengan Pak Asep, dan langsung diwawancarai oleh beliau. Tidak sampai 30 menit wawancara pun selesai, dan saya diterima kerja di sana (yeaaah!). Di hari itu juga, saya langsung mencari kostan baru yang dekat dengan kantor. Syukurlah langsung ketemu yang cocok, tempatnya bersih, kamarnya lumayan nyaman, dan agak jauh dari kebisingan jalan raya (biarpun harganya agak mahal sih).

18 Februari saya pamit dengan keluarga Abah (pemilik kostan yang lama), dan memindahkan semua barang bawaan ke kostan yang baru, naik angkot yang sudah disewa. Hari pertama kerja (20 Februari), saya mulai berkenalan dengan teman-teman baru, dan suasana kantor baru. Untungnya, tidak butuh waktu lama bagi saya untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja ini.


Pada akhirnya, inilah saya sekarang. Saya senang telah mengambil keputusan untuk bekerja dulu. Masa percobaan saya akan berakhir bulan ini, dan semoga bisa menjadi pegawai tetap di sini. Untuk impian lanjut S2 dan menjadi dosen pastinya masih ada di hati saya. Namun, yang bisa saya lakukan saat ini adalah fokus di karir saya sebagai ilustrator. Semangat, Gung!

Terima kasih sudah membaca.

Salam,
Agung Rangga.

Diterbitkan oleh

Agung Rangga

Hai, salam kenal! Saya adalah seorang dosen di jurusan Desain Komunikasi Visual, memiliki minat dengan animasi dan komik, serta hobi menuliskan cerita kehidupannya ke dalam blog ini.

22 tanggapan untuk “Jadi, Lanjut Kuliah atau Kerja Dulu?”

Tinggalkan Balasan